Search
Close this search box.
  1. Home
  2. »
  3. Banjarbaru
  4. »
  5. Banjarbaru Kekurangan Guru Pembimbing Khusus

Banjarbaru Kekurangan Guru Pembimbing Khusus

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Print
Reddit

HEADLINE9.COM, MARTAPURA BANJARBARU – Pendidikan inklusif di Banjarbaru memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Sebab, saat ini sejumlah sekolah penyelenggara inklusi kekurangan guru pembimbing khusus untuk mendampingi para siswa yang berkebutuhan khusus.

Seperti halnya SMPN 5 Banjarbaru, jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang menempuh pendidikan di sana tak diimbangi dengan ketersediaan guru pembimbing khusus atau GPK. “Di sini ada 10 siswa berkebutuhan khusus, sementara pendampingnya hanya dua. Idealnya, dua siswa didampingi satu guru,” kata Kepala SMPN 5 Banjarbaru Undi Sukarya.

Dia mengungkapkan, kurangnya GPK membuat mereka keteteran mendampingi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian serius dibandingkan dengan pelajar lainnya. “Pelajaran yang diberikan juga kurang maksimal, jika pendampingnya kurang,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Balangan Terima 2 Perahu Untuk Penanganan Banjir

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Musyawarah Guru Pendamping Khusus (MGPK) SMP se-Banjarbaru ini menyampaikan, kekurangan GPK dialami sebagian besar sekolah penyelenggara inklusi. “Di Banjarbaru sendiri sudah ada sembilan SMP yang menyelenggarakan pendidikan inklusif,” ucapnya.

Secara terpisah, Kabid Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Disdik Banjarbaru, Kusnadi membenarkan jika sejumlah satuan pendidikan penyelenggara inklusi di Banjarbaru kekurangan guru pendamping khusus. “Jumlah anak berkebutuhan khusus cukup banyak, namun belum diimbangi dengan ketersediaan GPK,” ujarnya.

BACA JUGA :  Cinepolis Kembali Dibuka Saat Zona Merah

Dia menyampaikan, untuk menambah ketersediaan GPK di sekolah-sekolah. Tahun ini, Dinas Pendidikan Banjarbaru akan melaksanakan perekrutan. “ABK merupakan anak yang istimewa dan perlu pendampingan dan bimbingan oleh GPK yang memiliki kompetensi yang mumpuni,” katanya.

Sebelum melakukan perekrutan, pihaknya kini sedang mendata berapa GPK yang diperlukan setiap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. “Saat ini masih dihitung secara cermat. Jadi, kami belum bisa memastikan berapa GPK yang kita butuhkan,” pungkas Kusnadi. (noe)

Baca Juga