Headline9.com, MARTAPURA – Unsur pimpinan DPRD Kabupaten Banjar berhalangan hadir. Agenda Rapat dengar pendapat (RDP) bersama Satuan Tugas Percepatan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), mendadak batal, Sabtu (11/10/2025) sore.
Agenda itu, menindaklanjuti adanya dugaan kasus keracunan makanan, usai siswa menyantap MBG yang disediakan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi di Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. Akibat insiden itu, 132 orang terdiri pelajar dan kepala sekolah (kepsek) dirujuk ke RSUD Ratu Zalecha Martapura guna mendapat perawatan.
Sesuai jadwal, agenda yang dilaksanakan Komisi III dan IV dengan unsur pimpinan itu seharusnya digelar pukul 15.00 WITA. Meski dibatalkan, di Gedung DPRD Kabupaten Banjar, Sekretaris Satgas Percepatan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Sipliansyah Hartani, yang juga menjabat Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Banjar, terlihat hadir.
Batalnya RDP itu, dibenarkan Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Banjar, H Abdul Razak. “Karena unsur pimpinan berhalangan hadir, kita paham adanya penundaan RDP ini. Kita tunggu arahan selanjutnya dari pimpinan,” ujarnya, kepada media ini.
Ketua Fraksi Partai Golkar itu menyebut, langkah yang diambil Satgas Percepatan MBG sudah tepat, yakni menutup dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura, yang diduga bermasalah.
“Anak-anak yang jadi korban keracunan makanan ditangani dengan baik. Bahkan, langkah yang diambil Satgas MBG sudah tepat dengan menutup sementara aktivitas SPPG di sana,” ucapnya.
Ia meminta Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Banjar, lebih fokus terhadap pengembalian trauma psikologis yang dialami siswa pasca mengalami keracunan, agar program yang dicetuskan Presiden Prabowo Subianto berjalan maksimal.
“Kami meminta ada langkah preventif dalam mengantisipasi kejadian serupa agar tak terulang kembali. Selain itu, Satgas Percepatan Pelaksanaan MBG setempat juga harus bisa mengembalikan kepercayaan publik yang seyogyanya program tersebut berjalan maksimal,” harapnya.
Dengan kata lain, harap Razak, tak ada lagi kekhawatiran serta keraguan sebagai penerima program MBG. “Kejadian itu tentu menyisakan trauma yang mendalam dan berdampak luas. Artinya perlu pendekatan yang intens, tidak hanya kepada pelajar dan gurunya saja, melainkan juga kepada orang tuanya,” pungkasnya.
Reporter: Riswan | Editor: Nashrullah















