Headline9.com – Di tengah gemerlap dunia hiburan Hindia Belanda pada awal abad ke-20, seorang perempuan muda dengan suara merdu dan pesona luar biasa muncul sebagai bintang yang bersinar terang. Namanya Roekiah, atau yang lebih dikenal sebagai Miss Roekiah. Ia bukan hanya seorang aktris, tetapi juga penyanyi keroncong yang suaranya mampu menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya. Dalam sejarah perfilman Indonesia, Roekiah dikenang sebagai aktris wanita pertama yang mencapai ketenaran luas, membuka jalan bagi generasi bintang berikutnya.
Roekiah lahir pada 31 Desember 1917 di Bandung, Hindia Belanda. Ia berasal dari keluarga seni—ayahnya, Mohammad Ali, dan ibunya, Ningsih, adalah seniman sandiwara yang berkeliling dari satu panggung ke panggung lainnya.

Sejak kecil, Roekiah telah akrab dengan dunia hiburan. Di usianya yang masih belia, ia sering ikut serta dalam pertunjukan teater bersama orang tuanya, menyerap keindahan seni peran dan musik secara alami.
Pada usia tujuh tahun, Roekiah sudah mulai menunjukkan bakatnya sebagai penyanyi. Suaranya yang lembut dan penuh emosi menarik perhatian banyak orang. Saat memasuki usia remaja, namanya mulai dikenal luas di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai penyanyi keroncong berbakat dan aktris panggung yang menjanjikan.
Takdir membawanya bertemu dengan Kartolo, seorang aktor dan musisi yang kemudian menjadi suaminya pada tahun 1934. Bersama Kartolo, Roekiah semakin mendalami dunia seni, hingga akhirnya mendapat kesempatan besar dalam dunia perfilman. Pada tahun 1937, ia membintangi film Terang Boelan, sebuah produksi revolusioner yang membawa angin segar bagi industri film Hindia Belanda.

Di film ini, Roekiah beradu peran dengan Rd Mochtar. Keduanya memainkan sepasang kekasih dalam kisah cinta yang memikat penonton. Tak hanya aktingnya yang memukau, suara emas Roekiah yang menyanyikan lagu-lagu dalam film ini membuatnya semakin dicintai publik. Terang Boelan menjadi sukses besar, tidak hanya di Hindia Belanda, tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kesuksesan ini mengukuhkan Roekiah dan Rd Mochtar sebagai pasangan layar lebar pertama di Nusantara. Namanya kian bersinar, dan dunia film pun semakin meminangnya untuk proyek-proyek berikutnya.
Setelah kesuksesan Terang Boelan, Roekiah terus membintangi film-film sukses lainnya yang memperkokoh posisinya sebagai aktris terkemuka.
Beberapa film yang dibintanginya seperti “Fatima” (1938): Film ini kembali memasangkan Rokiah dengan Rd Mochtar. Kesuksesannya semakin memperkuat popularitas mereka sebagai pasangan idola layar lebar.
“Siti Akbari” (1939): Roekiah tampil dalam peran utama, menunjukkan perkembangan kemampuannya sebagai aktris.
“Sorga Ka Toedjoe” (1940): Film ini menjadi salah satu karya terpenting dalam karier Roekiah. Kali ini, ia beradu peran dengan Kartolo, suaminya sendiri.
“Roekihati” (1940): Dalam film ini, Roekiah menunjukkan fleksibilitasnya dalam memerankan berbagai karakter.
“Poesaka Terpendam” (1941): Film ini menjadi salah satu film terakhir yang dibintanginya sebelum produksi film terhenti akibat pendudukan Jepang.
Selain kemampuan akting dan menyanyinya, Roekiah juga dikenal sebagai ikon mode dan kecantikan. Gaya dan pesonanya sering dibandingkan dengan bintang Hollywood seperti Dorothy Lamour dan Janet Gaynor, membuktikan daya tariknya yang luar biasa di mata publik.
Sayangnya, pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 membawa dampak besar bagi industri perfilman. Produksi film hampir berhenti total, dan Roekiah bersama suaminya lebih banyak tampil dalam pertunjukan teater yang dikendalikan oleh pemerintah militer Jepang.
Di tengah situasi yang sulit, kesehatan Roekiah mulai menurun. Tekanan hidup dan kondisi zaman perang membuatnya jatuh sakit. Pada 2 September 1945, hanya beberapa minggu setelah Indonesia merdeka, Roekiah menghembuskan napas terakhirnya di Jakarta. Kepergiannya menjadi duka mendalam bagi dunia hiburan Indonesia.
Meskipun banyak film yang dibintanginya kini telah hilang atau sulit ditemukan, warisan Roekiah tetap hidup dalam ingatan para pecinta sejarah perfilman Indonesia. Ia bukan hanya aktris pertama yang menjadi bintang besar di Nusantara, tetapi juga salah satu pelopor perfilman yang membuka jalan bagi industri film tanah air.
Anaknya, Rachmat Kartolo, meneruskan jejaknya sebagai aktor dan penyanyi, membuktikan bahwa darah seni keluarga ini terus mengalir dalam dunia hiburan. Hingga kini, nama Roekiah masih dikenang sebagai sosok yang meletakkan dasar bagi industri film Indonesia.
Sebagai pelopor perfilman Indonesia, Roekiah telah membuktikan bahwa seni adalah sesuatu yang abadi. Suaranya yang pernah merdu mengalun dalam film-film klasik, wajahnya yang pernah menghiasi layar perak, dan bakatnya yang pernah memikat penonton, semuanya tetap hidup dalam ingatan kolektif bangsa.
Roekiah bukan sekadar bintang film. Ia adalah legenda.