Kamis, Mei 1, 2025
BerandaTahukah AndaBalamut, Tradisi Langkah yang Makin Jarang Kita Saksikan di Martapura

Balamut, Tradisi Langkah yang Makin Jarang Kita Saksikan di Martapura

HEADLINE9.COM, MARTAPURA – Lamut atau Balamut makin jarang kita saksikan di Kabupaten Banjar. Padahal, tradisi ini salah satu peninggalan yang menjadi ciri khas urang banua yang sarat dengan nilai keislaman serta menyisipkan nasihat.

Meski keberadaannya kini sangat jarang ditemui, tradisi kesenian Banjar ternyata tetap disenangi masyarakat pinggiran serambi makkah. Seperti yang terlihat pada Sabtu (14/10) malam, Bertempat di salah satu rumah warga Desa Pekauman Dalam menyelenggarakan tradisi Balamut.

Antusias wargapun sangat luar biasa. sebagian datang karena sangat kangen dengan tradisi tersebut, namun ada juga yang baru pertama kali menyaksikan balamut.

“Saya sengaja memanggil pelamut ke rumah dan mengundang warga sekitar menyaksikan tradisi kesenian balamut.” Kata Bahrian, tuan rumah yang menyambut tradisi balamut.

Menurutnya, penampilan balamut di rumah sudah sering, berkali-kali diundang agar masyarakat terus mengenal tradisi yang mirip dengan mahidin tersebut.

Tiap momen bahagia, Bahrian selalu mengundang pelamut ke rumah, nah kebetulan ketiban rezeki besar yaitu kelahiran cucu..

“inikan cucu saya baru lahir, dan setiap kali ada lahiran pasti kami mengundang pelamut untuk datang kesini. “ katanya.

Panang Lamut, seorang pelamut berasal dari Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul, mengisahkan, lamut sejatinya tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar.

Lamut, ujarnya merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran.

Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.

BACA JUGA :  Sungai Irigasi Meluap, Separuh Usaha Pedagang Pasar Kindai Limpuar Gambut Lumpuh

Pada masa Kerajaan Banjar Islam dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah dan Bapantun.

Sekilas, bagi yang pertama melihat lamut mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Padahal, berasal dari kesenian Cina yang diterjemahkan ke Bahasa Banjar.

Kini, balamut terancam punah karena senimannya makin berkurang. Sementara anak muda sekarang kurang mengenal seni yang usdah berusia ratusan tahun ini.

Dari referensi yang dikumpulkan, lamut dibagi beberapa jenis yaitu Lamut Batatamba (Lamut pengobatan).

Jenis ini berfungsi sebagai pengobatan, misalnya untuk anak yang sakit panas yang tidak sembuh-sembuh, atau ada orang yang sulit melahirkan dan lain-lain.

Pertunjukan lamut batatamba haus disertai dengan sejumlah persyaratan, yaitu piduduk yang terdiri dari perangkat piduduk (sesaji), kemenyan atau perapin (dupa), beraskuning, garam, kelapa utuh, gula merah, dan sepasang benang-jarum.

Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-hundang (mengundang) roh halus, membacakan doa selamat, dan memandikan air yang telah didoakan kepada si sakit.

Selanjutnya adalah Lamut Baramian (Lamut Hiburan) biasa dihadirkan untuk mengisi acara perkawinan, syukuran, khitanan dan acara hiburan lainnya.

Bila pada wayang ada tokoh punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, pada Lamut tokohnya adalah Paman Lamut serta tiga anaknya; Anglung, Angsina, dan Labai Buranta.

Sedangkan ceritanya sudah berpakem seperti wayang purwa, tentang kerajaan yang dipimpin Prabu Awang Selenong.

Meski tokoh dan pakem cerita lamut tertentu, pengembangan cerita tetap dimungkinkan sesuai kemampuan si pelamutan dalam meramu.

BACA JUGA :  Hujan Deras, Ratusan Rumah Terendam

Ramuan cerita itu bisa disadur dari kisah Panji, Andi-andi, atau Tutur Candi, bahkan cerita 1.001 malam. Kisah juga bisa menjadi dramatis dengan lakon yang gagah berani atau romantis.

Masyarakat Banjar paling mengharapkan kisah percintaan antara Junjung Masari dan Kasan Mandi. Para penonton hanyut ketika mendengar kisah percintaan kedua tokoh itu dalam syair pantun bahasa Banjar.

Lamut juga digemari warga keturunan Tionghoa di Banjarmasin. Mereka kerap minta lamut dimainkan saat hendak sembahyang di Pulau Kembang di tengah sungai barito di Banjarmasin

Lamut berperan penting dalam media dakwah agama islam dan muatan pesan–pesan pemerintah atau pesan dari pengundang Lamut.

Hajat seperti untuk tolak bala atau doa selamat pada acara kelahiran anak, khitanan atau sunatan, mendapat rejeki.

Menurut kepercayaan, kalau menyampir dan hajat ini tidak dilaksanakan maka akan membuat mamingit yakni menyebabkan sakit bagi yang bersangkutan.

Fungsi lain adalah sarana pendidikan terutama mengenai tata krama kehidupan masyarakat Banjar. Biasanya petatah petitih berupa nasihat, petuah atau bimbingan moral.

Memang lamut terancam punah, seni lamut bisa dikatakan bernasib malang karena kini di ambang punah.

Satu per satu pelamutan meninggal dunia, sementara proses pewarisan dan regenerasi kesenian itu mandek.

Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda tak lagi tertarik memainkannya. Kini, tak ada organisasi atau lembaga yang peduli kepada lamut, apalagi membina munculnya pelamutan baru.(SAIRI)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular