1. Home
  2. »
  3. Featured
  4. »
  5. Kampanye Presiden Lebih Hot… Pencalegan Tenggelam Akibat Pilpres

Kampanye Presiden Lebih Hot… Pencalegan Tenggelam Akibat Pilpres

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Print
Reddit

HEADLINE9.COM, MARTAPURA – Antusias masyarakat menyambut pemilihan presiden sangat tinggi. Persaingan sangat panas, saksikan saja di warung kopi, tempat nongkrong. Ditambah makin masifnya media sosial yang saling sahut-sahutan antar kedua kubu. Plus isu-isu hangat kedua calon terus dibahas, ada yang baru dijamin viral.

WhatsApp Image 2019 02 09 at 13.44.54

Keadaan seperti ini sudah diprediksi jauh-jauh hari. Apalagi, hanya ada sepasang calon yang berhak maju. Ini mengakibatkan terbelah menjadi dua, irisannya tambah lebar karena kedua kubu mempunya pendukung fanatik. Sayangnya, animo serupa tidak terasa dalam pemilihan anggota legislatif.

Calon anggota legislatif menjadi terpinggirkan, bahkan terlupakan. Akibat angin panas pemilu presiden tidak menguntung para calon legislatif, para wakil rakyat harus ekstra keras bekerja. Menggaet suara rakyat. Aktif sosialisasi sendiri. Memastikan dukungan tidak kabur. Menambah amunisi belanja suara. Memetakan sendiri dukungan.

Jurnalis www.headline9.com mencoba mencari pendapat langsung akar rumput. Sejumlah tanggapan warga menilai, pemilu tahun 2019 kurang menarik. Artinya, kabar calon wakil rakyat yang mereka pilih tenggelam oleh pencalonan presiden.

hari pers hj rusli

“Kalau presiden lebih ramai kita ikuti isunya. Beda dengan legislatif. Jujur-jujuran saja nih, saya tidak sepenuhnya mengenal. Janji mereka juga sulit terealisasi. Istilah kami, kebanyak janji,” ujar Musliah salah satu pedagang di Pasar Martapura.

BACA JUGA :  Relokasi ke Karangan Putih Keraton... Selamat Tinggal Puskesmas Pasayangan

Beda lagi dengan Syarifudin. Warga Martapura ini mengaku banyak mendapat tawaran untuk memilih. Salah satunya calon legislatif dan dijanjikan akan dikasih sejumlah uang.

“Ada beberapa caleg yang menawari, tapi melalui tim suksesnya. Katanya bila nyoblos ini akan dikasih sejulah uang,” ucapnya.

Wakil Ketua DPRD Banjar H Saidan Fahmi yang kembali maju untuk priode kedua menyatakan,  pemilu 2019 adalah pesta demokrasi. Mempunyai karakteristik khusus. karena untuk pertama kalinya menggabungkan antara pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden.

“Problem sebagai caleg selain bersosialisasi atau berkampanye untuk diri sendiri, tapi juga harus bertanggung jawab sebagi tim sukses untuk pilpres,” ujar Saidan.

Tugas berat bagi politisi itu mengakibatkan kawan-kawan politi sering gagal fokus, pasalnya mempertahankan suara sendiri saja sangat sulit di era keterbukaan informasi saat ini. Rebutan suara tambah terbuka, kompetitor masing-masing memiliki kelebihan. Persaingan bukan eksternal partai, justru internal.

“Contohnya Demokrat yang mendukung Prabowo – Sandi. Dan setiap atribut mencoba menyandingkan foto kita dengan foto calon presiden dan wakil presiden,”ucapnya.

Dikatakan Saidan, tentu hal itu sedikit banyaknya memecah konsentrasi dalam melakukan kampanye. Selain harus menarik simpatisan masyarakat untuk memberikan suara untuk dirinya. Saat berada di di lapangan juga diakuinya harus mengetahui dulu suatu daerah yang ingin dimasuki.

BACA JUGA :  HM Hilman Minta Desa Tangguh Siapkan Lokasi Khusus OTG

“kita harus tau dulu masyarakat yang akan kita datangi ini pilihan presiden mereka siapa, dan saat ini masyarakat pasti sudah mempunyai pilihan. Kalau misalkan kita membawa caleg yang bukan dari partai pendukung pilihan presiden mereka, kadang susah juga,” katanya.

Diakui Saidan, saat ini isu pilpres jauh lebih unggul ketimbang isu pileg. kondisi nyata di lapanganpun jika mengenai pileg masyarakat lebih ingin melihat yang realita.  Masyarakat pasti banyak yang ingin ini dan itu. Misalnya mereka minta perbaikan jalan.

Tapi kalau dirinya mungkin lebih mudah, karena posisi saat ini petahana . dan, janji ke masyarakat saat kampanye dulu berhasil ditunaikan di daerah pemilihan. Jadi, ungkap Saidan lebih enak, karena mereka sudah percaya. Perkara monye politic itu bidang berbeda, itulah realita politik menerapkan pemilihan langsung. Sulit.

“Politik uang itu mirip seperti kentut. Tak terlihat namun dapat tercium. Tapi itulah realitas politik saat ini, tinggal bagaimana kita mengemasnya agar tidak menyalahi aturan, dan salah satunya dengan tidak melebihi biaya kampanye yang dilaporkan,” pungkasnya.(muhammad sairi)

Baca Juga