HEADLINE9.COM, BANJARBARU – Harga karet di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kenaikan, seiring dengan membaiknya permintaan ekspor sejalan dengan diberlakukannya new normal.
Diberlakukannya New Normal menjadi secercah harapan untuk kembali bergerak dan bangkit, termasuk bagi petani yang juga terdampak.
Sama halnya dengan sektor lain pada umumnya, petani juga mengalami fluktuasi turun naik harga yang terkait dengan pandemi dan perang dagang di ranah global.
Seperti para petani karet di Kalsel pada Oktober lalu kembali merasakan puncak kenaikan harga karet yang mencapai Rp 19.500 per kilogram.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunak) Provinsi Kalsel, Hj Suparmi, saat ini harga karet sudah normal sejak Agustus dan September.
“Pada awal maret untuk petani karet sempat anjlok, untuk harga karet Rp 5000 per kilogram bokar, hal ini disebabkan Cina menghentikan impor karet sehingga harganya pun berada di level sangat rendah,” ujarnya,saat ditemui diruangannya, Senin (16/11) siang.
Saat ini para petani sedang di puncak kenaikan harga karet pada Oktober yakni tembus diatas Rp 19.500 per kilogram untuk kadar karet kering atau K3 100 persen. Sedangkan K3 yang dihasilkan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) rata-rata maksimal sampai 70 persen dengan harga tertinggi menyentuh harga Rp 13.000.
Salah satu penyebab kenaikan karena Cina sebagai negara tujuan ekspor terbesar mulai berhasil mengendalikan Covid-19 dan memulihkan perekonomiannya.
Saat anjloknya harga karet, pabrik karet masih buka meski dengan sistem buka-tutup atau sehari melakukan pembelian karet ke petani, sehari tidak. Upaya ini dilakulan supaya petani karet jangan sampai tidak laku karetnya.
“Meski harganya turun, karet masih bisa dijual untuk keberlangsungan kehidupan petani dan Alhamdulillah himbauan untuk tidak menutup pabrik, dipatuhi oleh perusahaan dibawah GAPKINDO Kalselteng,” jelasnya.
Suparmi mengatakan, meski pandemi Covid-19 belum berakhir, tetapi ekonomi harus tetap berjalan. Artinya, Kalsel harus mengendalikan pandemi sekaligus membangkitkan ekonomi.
“Sub sektor perkebunan termasuk yang stabil khususnya pertanian secara umum, termasuk perkebunan dan peternakan, meskipun ada turun naik tetapi jalan terus,” bebernya.
Perlu diketahui karet merupakan komoditas perkebunan unggulan Kalsel selain kelapa sawit.
Jumlah luas areal karet di Kalsel saat ini mencapai 270.825Â hektar dengan produksi karet 194.930 kilogram/tahun dan produktivitas sebesar 1.031 kilogram/tahun.
“Disbunak Kalsel mendorong peningkatan produksi dan produktivitas melalui kegiatan peremajaan karet dengan dana dari APBN, APBD provinsi dan kabupaten sentra karet. Tahun 2021, kegiatan kami selain peremajaan, juga mendorong pengolahan dan pemasaran melalui pembentukan UPPB,” jelasnya.
Pembentukan UPPB ditargetkan mencapai 650 unit se-Kalsel pada 2024. Kemuduan pada 2021, ditargetkan terbentuk 100 UPPB. Saat ini, sudah terbentuk 151 UPPB di Kalsel. (HL9/Ptr)