Headline9.com, MARTAPURA – Program Go Digital Desa (Gides) Manis yang diluncurkan Pemerintah Kabupaten Banjar mulai dipertanyakan. Pasalnya, setiap pemerintah desa diwajibkan menyisihkan Rp20 juta untuk pengadaan website plus Rp3 juta tiap tahun untuk biaya server. Ironisnya, di saat yang sama sudah ada aplikasi serupa bernama Smart Kampung Manis yang bisa diakses gratis tanpa biaya sepeser pun.
Website gidesmanis.id awalnya disebut-sebut sebagai program untuk membuat desa melek digital. Namun, fakta di lapangan menunjukkan pemdes seolah dipaksa untuk ikut serta. Sebanyak 277 desa bahkan diarahkan memasukkan program itu ke dalam RKPDes, dengan sumber dana dari Dana Desa (DD).
Pertanyaan pun mencuat: kalau sudah ada Smart Kampung Manis gratis, mengapa harus bayar mahal untuk Gides Manis? Inisiatif siapa sebenarnya program pengadaan website ini?
Kepala Bidang E-Government DKISP Banjar, Cornelius Kristiyanto, secara tegas menyatakan pihaknya tidak punya kewenangan atas gidesmanis.id. “Kalau soal gidesmanis.id, saya no comment. Itu kewenangannya Dinas PMD. Kami hanya mengurus Smart Kampung Manis yang sudah dipakai 33 desa dan kelurahan. Dan itu gratis, tidak ada biaya sama sekali. Bahkan kami siapkan versi duanya,” katanya, Selasa (9/9/2025).
Di tingkat desa, penolakan bermunculan. Seorang kepala desa di Martapura Timur mengaku keberatan. “Kami jelas menolak. Ada intervensi supaya dimasukkan ke RKPDes, tapi kepala desa punya hak prioritas. Jujur, kami sudah punya SIAK, STAR Banjar, dan Smart Kampung Manis. Pengelolanya cuma satu orang. Mau ditambah lagi aplikasi baru dengan biaya puluhan juta? Buat apa?” sindirnya.
Kualitas gidesmanis.id pun dipertanyakan. Beberapa desa di Gambut dan Kertak Hanyar mengeluhkan website sering bermasalah. Surat digital yang diunggah dari pemdes ke masyarakat tidak terkirim penuh, bahkan terpotong. “Sering gangguan. Untuk jaga-jaga, kami pakai Sistem Informasi Desa (SID) dari Kemendes RI. Kalau gidesmanis.id normal, baru dipakai lagi,” ujar salah seorang kades di Gambut.
Dengan kondisi ini, wajar jika desa menilai pengadaan gidesmanis.id hanya membebani anggaran. Smart Kampung Manis terbukti berjalan tanpa biaya, sedangkan Gides Manis menuntut setoran besar. Publik pun berhak bertanya: kenapa harus ada dua aplikasi serupa, satu gratis satu berbayar, dan siapa sebenarnya yang melahirkan ide pengadaan website gidesmanis.id ini?
Reporter: Riswan | Editor: Nashrullah