HEADLINE9.COM, MARTAPURA-Mendengar kabar mengenai Ribuan ikan jenis nila siap panen milik pebudidaya ikan di tiga desa, Desa Awang Bangkal, Sungai Asam, dan Sungai Alang di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan mati sejak tiga hari terakhir. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banjar Riza Dauly langsung turun ke lokasi pada Rabu (16/10).
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banjar, Riza Dauly pun mengaku, sejak 14 Oktober 2019 lalu tim dari Dinas Perikanan Banjar sudah turun untuk melakuka peninjauan langsung terhadap ribuan ikan mati milik pembudidaya di tega desa Kecamatan Karanag Intan.
“Dari hasil tinjauan kita dilapangan didapati kadar oksigen air sangat rendah yakni berada di 1,4 persen, mestinya batas ambang kadar air berada di 4 persen. Bahkan pH air pun sangat asam, tentunya ini yang menjadi penyebab matinya ribuan ikan,” Ucap Dauly.
Dikatakan Dauly, sejak jauh hari yakni, pada Agustus-Oktober 2019, Dinas Perikanan sudah mengimbau pembudiaya ikan jala apung di Kecamatan Karang Intan, agar mengatur penebaran benih dan dan memanen ikan yang sudah siap konsumsi.
“2019 kali ini kemarau yang melanda sangat panjang. Siklus ini delapan tahunan ini selalu terjadi, hingga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sangat masif dan berdampak pada kurangan debit air,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Riza sebagai langkah awalnya, Riza pun kembali mengimbau, agar pembudidaya ikan segara mengangkat bangkai ikan yang sudah mati karena dikhawatirkan akan mencemari air sungai hingga berdampak matinya ikan pembudidaya yang berada dihilirnya seperti yang terjadi pada 2014 lalu.
“Bisa berdampak pada kematian ikan yang sangat masif nantinya. Bahkan, kami surati PLN, Komisi Irigasi Kabupaten Banjar, dan Komisi Irigasi Kalimantan Selatan sudah berproses untuk meminta agar pihak terkait dapat mengatur turbin air. Sehingga pembudidaya ikan kami mendapat suplai air mengalir yang mencukupi,” ungkapnya.
Selian itu menanggapi kerugian para pembudidaya ikan, Riza Dauly siap membantu, dengan catatan harus terbentu kelompok pembudidaya ikan jala apung, dan memiliki legalitas hukum.
“prosedurnya kita membantu kelompok, jadi mereka dapat bikin kelompok pembudidaya ikan dulu, dan harus dengan badan hukum,” pungkasnya.
Menurut Mulkan, fenomena kematian ribuan ikan yang dibudidayakan masyarakat tidak saban tahunnya terjadi. Namun, apabila dilanda kemarau panjang hingga lebih 5 bulan lamanya, dipastikan akan berdampak matinya ribuan ikan yang dibudidayakan.
“Debit air kan selama kemarau dipastikan drastis turun, ditambah lamanya kemarau tidak sempat terprediksi secara akurat. Akibatnya pembudidaya pun tidak bisa menghitung secara teliti tekanan oksigen air,” ucapnya.
Sementara anggota Komisi II DPRD Banjar Mulkan mengatakan, satu pekan terakhir PLTA PM Noor menerapkan sistem buka tutup pintu air yang dibuka selama 2 jam, kemudian ditutup kembali selama 1 jam untuk mengatur turbin.
“Akhirnya dengan kondisi jumlah ikan yang sama, sementara suplay air kurang sudah pasti ikan akan kekurangan oksigen sehingga berdampak pada matinya ribuan ikan. Kita kan tahu, Waduk Irigasi di Desa Mandikapau memiliki tiga fungsi yakni, mengairi irigasi, untuk bahan baku PDAM Intan Banjar, dan masuknya air limpasan ke sungai riam kanan,” jelasnya.
Untuk itu, tambah Mulkan yang merupakan politisi PPP Banjar, guna meminimalisir hingga menekan kejadian matinya ribuan ikan agar tidak terulang, pihaknya akan memanggil beberapa instansi terkait seperti, Dinas Perikanan Banjar, PUPR Provinsi sebagai pemegang aset, dan BMKG, serta instansi yang berkaitan langsung terhadap dampak kebijkan untuk kelangsungan budidaya ikan di Kabupaten Banjar.
“Ini yang akan kita sinergikan. Namun, yang pasti kita sudah respek langkah-langkah yang dilakukan Dinas Perikanan Banjar. Sebagai warga masyarakat Kecamatan Karang Intan, saya memandang positif reaksi cepat Dinas Perikanan yang sudah turun langsung kelapangan, karena kami kemarin juga sempat berkomunikasi terkait matinya ribuan ikan budidaya di Kecamatan Karang Intan,” tutupnya.
Penulis M Sairi