1. Home
  2. »
  3. Featured
  4. »
  5. Pameran Sejarah: Pusaka dan Pakaian Datu Kelampaian Dipamrekan.

Pameran Sejarah: Pusaka dan Pakaian Datu Kelampaian Dipamrekan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Print
Reddit

HEADLINE9.COM, MARTAPURA-Dalam rangka memperkuat karakter bangsa melalui bidang kesejarahan, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pad 2019 menyelenggaran kegiatan Penguatan Nilai Kebangsaan di Pesantren (Pena Bangsa). pada Kamis (14/11/2019).

Bekerjasama dengan Ponodok PesantrenDarussalam, Martapura. Kegiatan ini digagas dengan kesadaran bahwa nilai-nilai kebangsaan harus terus diperkuat untuk mengokohkan ikatan kebangsaan yang beragam demi kemajuan.

“Kegiatan dimaksudkan bahwa semangat kebangsaan yang dinafasi oleh nilai dan tradisi pesantren dapat menjadi modal dan model untuk menguatkan karakter kebangsaan bagi generasi penerus,” Ujar Kasubdit Sumber Sejarah Direktorat Sejarah, Agus Widiatmoko.

Kegiatan, yang diikuti oleh para peserta terdiri santri, kiai, akademisi, komunitas, dan pemangku kepentingan ini, akan dilaksanakan pada 14-15 November 2019 di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, Kalimantan Selatan. dengan tema “Pesantren dan Nilai Kebangsaan”.

“Merawat Ingatan Sejarah untuk Memperkokoh Keindonesiaan. Rangkaian kegiatan terdiri dari halaqoh kebangsaan, lomba esai kebangsaan, pameran kesejarahan, dan pojok sejarah,” Ungkapnya.

Diketahui, Halaqoh Kebangsaan dilaksanakan pada tanggal 14 November 2019 dengan menghadirkan KH. Muhammad Husin (Ketua Yayasan Darussalam, Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan) yang akan menyampaikan pembahasan mengenai Peran Pondok Pesantren Darussalam dalam Penguatan Kebangsaan; Dr. H. A. Fauzan Saleh, M.Ag (Pembina Yayasan PP. Darussalam) mengenai Islam, Pesantren, dan Nilai Kebangsaan di Kalimantan Selatan: Sebuah Pantulan Sejarah; dan Abdul Haris Makkie (Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan) mengenai Keislaman dan Keindonesiaan: Wajah Kebudayaan Islam Indonesia. Seminar ini dan dimoderatori oleh Ammirudin SH.

BACA JUGA :  APBDes Berbasis Sanitasi Dinilai Memberatkan Desa, Berikut Keluhannya

Untuk Lomba Esai Kebangsaan, adalah ajang kreativitas santri dalam menyusun esai dalam bahasa Arab. Tema lomba esai adalah Sya’buna Sya’bun Indunisiyyun: Tajribah wa Amal (Bangsa Kita adalah Bangsa Indonesia: Pengalaman dan Harapan).

“Lomba dimulai tanggal 8 November-12 November 2019 ketika para peserta mengirimkan karya esainya. Esai-esai yang terkumpul dipresentasikan di hadapan Dewan Juri pada tanggal 15 November untuk menentukan terbaik 1, 2, 3 dan harapan 1, 2, 3,” Tuturnya.

Sementara Pameran Kesejarahan, yang menggambarkan perjalanan pesantren dan kontribusinya dalam membangun bangsa dan negara, diadakan pada tanggal 14-15 November 2019.

“Pameran akan menampilkan foto-foto, naskah, dan benda-benda bersejarah lainnya yang ada di pesantren. Pojok sejarah akan memamerkan buku-buku terbitan Direktorat Sejarah dan buku-buku koleksi Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang bertemakan sejarah,” Ucapnya. ,

Ditambahkannya, Dipilihnya Pondok Pesantren Darussalam di Martapura, karena Pondok Pesantren Darussalam dan Martapura memiliki akar historis sebagai kota yang melahirkan ulama-ulama besar yang menjadikan kota ini sebagai pusat penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru Kalimantan.

BACA JUGA :  Polresta Banjarmasin Ungkap Perkara 50 Paket Sabu-sabu

Kota Martapura ibukota kabupaten Banjar Kalimantan Selatan adalah kota tua bekas ibukota Kerajaan Islam Banjar yang pernah berdiri pada abad ke-15 sampai berakhir pada abad ke 19. Ulama besar yang terkenal seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dengan didukung oleh Sultan Banjar mendirikan suatu lembaga pendidikan pesantren di desa Dalam Pagar Martapura yang berhasil melahirkan banyak ulama dan dai yang kemudian atas perintah Beliau menyebar ke seluruh penjuru Kalimantan untuk menyebarluaskan syiar agama Islam.

“Zuriat Syekh Arsyad dan murid-muridnya dari Martapura telah menyebar ke berbagai pelosok untuk meneruskan perjuangannya sebagai waratsatul anbiya dengan sepenuh hati berdakwah bil hal maupun bil lisan dan memprakarsai berdirinya basis-basis baru penyebaran agama Islam di beberapa daerah seperti di Alabio, Amuntai, Pleihari, Rantau, Samarinda, Sambas, Tembilahan Riau, dan lain-lain,” Katanya.

Dalam pameran sejarah tersbut, turut serta dipamerkan benda-benda pusaka dan pakaian dari KH Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampaian. Serta benda pusaka lainnya yang dimiliki oleh para tokoh ulama besar yang ada di tanah banjar ini.

Penulis M Sairi.

Baca Juga