HEADLINE9.COM, MARTAPURA – Masyarakat Martapura menggelar Haul ke-27 KH Badrudin yang kerap dipanggil Guru Ibad, Pada Selasa (05/03/2019) siang di rumah putra almarhum KH Hasanudin Jalan Pintu Air, Kelurahan Sekumpul, Martapura.
Sosok Guru Ibad sangat karismatik di tengah masyarakat. Selain kiai Guru Ibad salah satu bagian dari elemen level nasional.
Pengaruhnya besar justru terletak pada perkembangan-perkembangan dilakukannya di Pondok Pesantren Darussalam. Lahir dengan latar belakang keluarga ulama, mulai kakek, ayah, saudara dan anak menjadi ulama. Dia salah satu panutan yang sangat besar
“KH Badrudin adalah tokoh Masyarakat, beliau sebagai ulama yang komplit mengerti bagaimana ilmu pemerintahan dan sangat disegani oleh para aparatur negara yang ada di Kalsel,” ujar Bupati Banjar H Khalilurahman yang turut hadir pada haul tersebut.
Pria yang akrab disapa Guru Khalil itu juga menambahkan, KH Badrudin adalah benteng Kabupaten Banjar. “Saya adalah salah satu murid beliau, dan saya sangat tahu dengan beliau. Dan yang sangat berkesan beliau itu adalah ulama yang disiplin dan tegas, ”ujarnya.
Beliau Guru Ibad dilahirkan pada tanggal 29 Dzul Qo’idah 1355 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 11 Februari 1937 M. di kota serambi Makkah Martapura Kalimantan Selatan. Nama lengkap Beliau adalah KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini bin KH. Abdurrahman bin H. Zainuddin bin Abdusshomad bin Abdullah Al Banjari.
Dituturkan oleh Guru Khalil, KH. Badruddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Guru Ibad’. Beliau yang hidup di tengah-tengah masyarakat muslim yang taat beragama. Sejak kecil Beliau mula-mula menerima pendidikan agama belajar mengaji dengan ayah dan kakek Beliau.
Selanjutnya seiring dengan pertumbuhannya Beliau memasuki pendidikan formal di madrasah Iqdamul Ulum dan pesantren Darussalam Martapura. Dan setelah meluluskan jenjang pendidikan keduanya, Beliau dengan kedisiplinan ilmu meneruskan jelajah ilmunya ke bumi tempat dilahirkannya Rasulullah yakni Makkah Al Mukarramah.
“Kota yang mempunyai magnet luar biasa sebagai tujuan para penuntut ilmu pada zaman itu. Di sana Baliau menimba ilmu tepatnya di madrasah Shaulathiyyah Makkah selama kurang lebih dua tahun,”Katanya
Selian itu Beliau juga memperdalam pengetahuannya dengan beberapa ulama besar Martapura, diantaranya ; KH. Husein Qodri (yang tak lain kakak Beliau sendiri) KH. Muhammad Sya’rani Arif, Dan KH. Muhammad Semman Mulya, serta KH. Salim Ma’ruf kemudian beberapa ulama dan habaib di pulau Jawa.”Tuturnya
Badruddin bin KH. Ahmad Zaini tidak berhenti meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan pembina masyarakat melalui pengajian-pengajian agama. Baik di Pondok Pesantren Darussalam Martapura maupun di kalangan masyarakat umum seperti di masjid-masjid di langgar-langgar dan di kampung-kampung.
Dikatkan Guru Khalil Beliau juga orang yang pertama membawa dan mengembangkan maulidul Rasul, Maulid Habsyi di Kalimantan Selatan dan sekitarnya sampai sekarang terus diamalkan oleh masyarakatnya. Jasa yang begitu mulia dan sangat besar.
Diketahui KH. Badruddin putera Mufti KH. Ahmad Zaini dan Ibu Hajjah Jannah. Sejak remaja dan sampai akhir hayatnya kakak kandung KH. Muhammad Rasyad ini dikenal memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam sikap maupun perbuatan.
Aktifitasnya sebagai pengajar agama Beliau wakafkan sebagai dewan guru di Darussalam dengan memulai kiprahnya pada tahun 1955 M. hingga pada tahun 1976 M. Beliau dinobatkan menjadi pimpinan Pondok Pesantren Darussalam menggantikan pendahulu sebelumnya Al-marhum KH. Salim Ma’ruf.
Di bawah kepemimpinannya Darussalam mengalami perkembangan pesat, banyak diadakan peningkatan terutama di segi pendidikan dengan menetapkan bebe-rapa kurikulum Darussalam dan madrasah Diniyah, kurikulum DIKNAS untuk SLTP / SPMA, kurikulum Depag untuk madrasah Tsanawiyah / Aliyah Mu’allimin dan kurikulum IAIN untuk perguruan tinggi Islam STIS / STAI, serta mengadakan reuni alumni Pondok Pesantren Darussalam se-Kalimantan.
Di masa kepemimpinan Beliau juga Darussalam mengganti nama menjadi Pondok Pesantren Darussalam yang semula bernama Madrasah Al-Islamiyah Darussalam. Kecuali itu, di bidang infrastruktur pun mengalami peningkatan. Selain bangunan gedung yang di tempati di lokasi Pasayangan juga dibangun gedung di lokasi baru yaitu di Jl. Perwira Tanjung Rema Darat Martapura diatas bentangantanah seluas 10 hektar yang pada waktu itu hasil dari sumbangan Pangdam X Lambung Mangkurat, Bapak Lenjend Amir Mahmud.
Di bidang ke agamaan, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, Beliau aktif memberikan khutbah Jum`at di Masjid Agung Al-Karamah, Martapura dan nazir masjid kebanggaan warga masya-rakat Serambi Makkah Martapura.
Sosok KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini sebagai negarawan yang mempunyai dedikasi menyebarkan da’wah Islam dengan penuh keikhlasan dan kayakinan hanya untuk menuntut ridho-Nya. Selama hidup Beliau yang bersahaja pernah ditunjuk untuk menjabat sebagai ;
– Penghulu Kampung Jawa dan Sungai Paring, Martapura pada tahun 1955.
– Sebagai karyawan di Departemen Agama, Martapura, Kabupaten Banjar pada tahun 1960.
– Tahun 1961 diangkat menjadi anggota DPRD Tingkat II, Martapura, Kabupaten Banjar.
– Pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggotaMPR RI selama dua periode.
– Pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggotaDPA RI selama dua periode.
Di bidang organisasi, terutama organisasi keagamaan pernah mendu-duki jabatan-jabatan penting seperti :
– Wakil Ketua Umum Badan Kerja Sama Ulama Mileter.
– Ketua MUI Kalimantan Selatan.
– Ketua LTPQ Kalimantan Selatan.
– Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Kalimantan Selatan.
Anggota Badan Pertimbangan MUI Pusat.
– Rais Suriah PWNU Kalimantan Selatan. Dan kiprahnya di bidang ini tetap saja tak lepas dari upaya memperjuangkan tegak syiar Islam.
Beliau merupakan figur yang ber-peran secara ideal dalam beberapa dimensi sosial, sebagai ayah dalam keluarga, pakar ilmu dalam komunitas keilmuan dan ulama serta panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Keman-faatan ilmu dan akhlak Beliau dirasa-kan semua orang.
Akhir dari jasa pengabdian dan kepeduliannya, Beliau pun sebagai hamba Allah harus berpulang ke hadhirat-Nya.
Sebenarnya malam rabu itu nampak seperti biasa, diadakan pengajian rutin bertempat di kediaman Beliau yang dibacakan oleh KH. Abdul Syukur. Yang datang ikut hadir di pengajian tersebut para guru, kitab yang dibaca madzahibul arba’ah. Usai pengajian sekitar pukul sepuluh malam para guru pulang kembali ke rumah masing-masing. Dan Beliau pun ke kamar hendak istirahat. Namun tak diyana, ternyata perjumpaan malam itu adalah perjumpaan terakhir. Beliau akhirnya dipanggil oleh sang Khalik. Sekitar pukul 11.30 tersiarlah berita duka ‘innalillahi wa inna ilahi rojiun’ telah berpulang ke rahmatullah KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini malam Rabu tanggal 28 Jumadil Akhir 1413 H / 23 Desember 1992 M. semoga dalam perjalanan hidup dan pengabdian Beliau diterima oleh Allah Swt sebagai amal sholeh.
Penulis : Muhammad Sairi
Editor : MA Syafi’i