HEADLINE9.COM. MARTAPURA – Ledakan jemaah sulit diprediksi di Haul ke-14 Abah Guru Sekumpul tahun 2019, Minggu (10/3) kemarin.
Sejak dini hari, mereka terus berdatangan ke Sekumpul dan memadati jalan.
Selama dua hari penuh, Jalan Sekumpul depan dan ujung ditutup total untuk kendaraan roda empat.
Sekumpul menjadi lautan manusia berbaju putih. Jalan beraspal ditutupi sejadah jemaah sejak pagi sampah malam hari.
Nyaris, tidak ada ruang kosong untuk berjalan. Mereka tidak beranjak dari tempat duduk setelah melaksanakan Salat Zuhur berjemaah. Menunggu selama 6 jam untuk mengikuti majelis zikir dan selawat di Musala Ar Raudah setelah Salat Magrib berjemaah.
Seperti diprediksi sebelumnya, langit Sekumpul sangat bersahabat. Sejak pagi sampai malam, cuaca sangat sejuk. Langit mendung dan cerah, sempat gerimis pagi sekitar pukul 07.00 Wita. rintik air itu sekadar membasahi jemaah yang mulai kelelahan karena datang dari jauh.
Hawa sejuk ini sangat berbeda di hari pertama, waktu digelar acara di Kubah Abah Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, Sabtu (9/3) lalu. Sejak pagi, sampai petang, matahari sangat terik. Menyengat dan membuat jemaah kelelahan.
Baru berubah sejuk sekitar 30 menit setelah waktu Asar. Cuaca terus bersahabat sampai selesai puncak haul selesai dilaksanakan di Musala Ar Raudah.
Jemaah yang takut kehilangan saf strategis, memilih bertahan dan menginap di Kompleks Ar Raudah Sekumpul atau Dalam Regol. Ribuan jemaah berdesakan tidur di dalam Musala Ar Raudah, halaman serta sekitar kubah.
Alas tidur hanya sejadah. Bahkan, teras-teras rumah di Sekumpul menjadi rebutan tempat istirahat memejamkan mata menunggu Salat Subuh berjemaah. Dalam Regol hidup selama 24 jam.
Pemandangan menarik ini disaksikan dini hari sekitar pukul 02.30 Wita. Setelah subuh, musala sempat disterilkan, karena petugas memberikan pagar pembatas kain putih berbentuk segi empat untuk memisah jemaah dan tamu VVIP di bagian saf depan musala.
Puncaknya setelah salat Asar, Sekumpul mirip seperti magnet semuanya berusaha menempel dan mendekat tapi tidak bisa lagi bergerak.
Puncak Haul ke-14 dimulai setelah Salat Magrib berjemaah yang dipimpin oleh Imam Musala Ar Raudah Sekumpul, Guru H Sa’duddin Salman. Dua putra Abah Guru Sekumpul, Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali tetap menjadi titik sentral seluruh rangkaian haul.
Keduanya mendapat porsi lebih sorotan kamera tiap haul orang tuanya.
Sedangkan pembacaan Maulid Simtudduror yang biasa menjadi amalan Guru Sekumpul dilantunkan secara bergantian oleh beberapa habib yang berasal dari mancanegara dengan dalam negeri.
Sedangkan syair habsy yang dibawakan oleh Muhammad Amin Badali membuat jemaah kembali teringat kepada Abah Guru Sekumpul.
Adalah syair Khobbirii yang sangat monumental. Lantunan syair yang sering dibawakan ayahnya kembali diulang lagi oleh Muhammad Amin Badali.
Syair bertema rindu itu makin membuat jemaah larut dalam rasa kangen dengan sang guru, ditambah dengan pukulan terbang dari Hafi Badali. Selama pembacaan selawat, dua badali lebih banyak menunduk.
Jutaan jemaah tambah khusyuk dengan zikir nasyid yang menjadi amalan Abah Guru Sekumpul. lafaz zikir yang dikombinasi pembacaan syair-syair dan berirama nasyid tambah menghanyutkan. Puncak haul baru berakhir dua jam kemudian.
Setelah salat isya berjemaah. Semua jemaah mulai pulang ke rumah masing-masing. Sampai Senin dini hari, jalan arus balik kembali macet. Pasalnya, jemaah pulang serentak.
Terkait pilihan syari yang dilantunkan setiap haul, Guru Sa’duddin Salman menegaskan, semua berdasarkan pilihan dari internal.
Dirinya sendiri tidak mengetahui kecuali Jelang Haul akan digelar. Semua rangkaian haul adalah mengamalkan selawat dan zikir yang sering dicontohkan oleh Abah Guru Sekumpul.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.