Headline9.com, MARTAPURA – Jelang panen. Cabai di Pingaran Ulun, Astambul, Kabupaten Banjar, banyak kering dan membusuk. Alhasil, harga komoditas di pasar tradisional naik Rp70 ribu per kilogram.
Ini dirasakan Almadi, petani cabai asal Desa Pingaran Ulu. Di mana, selama musim kemarau yang sudah terjadi sebulan terakhir mengakibatkan mata pencaharian utamanya turun drastis.
“Tidak ada hujan selama sebulan ini, akhirnya terserang hama patek. Tak sebanding dengan modal beli pupuk, pestisida dan tenaga. Dulu, sekali panen itu bisa dapatkan 45kg – 50kg yang dijual langsung ke tengkulak di Pasar Sekumpul,” ujarnya. Pekan lalu.
Di lahan seluas 15 meter x 100 meter persegi yang ditanami cabai rawit tanjung itu, menurut dia, merugi. Pasalnya, sebelum masa panen komoditas tersebut sudah mengalami pembusukan. Ditambah, nilai pendapatan pun, ungkapnya anjok.
“Kalau kondisinya normal ya bisa dapat Rp1,8 juta kalau harga per kilonya Rp40.000 jika dikalikan 45 kg. Faktornya ya karena musim panas, ya susah dapat cabai sebanyak itu kalau dimusim ini,” ucapnya.
Meski harga cabai rawit makin ‘pedas’, kondisi ini pun tak membuat dia gembira, justru makin lesu. Selain merugi, faktor lain yang membuat menjadi dirinya dilema selama ini adalah tak masuk dalam Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) di wilayahnya.
“Saya tidak tahu caranya bagaimana, tidak pernah dapat sosialisasi juga,” paparnya.
Zainab selaku pedagang di pasar tradisional Martapura, juga merasakan. Kesannya, konsumen agak ogah-ogahan membeli komoditas ini.
“Sebelumnya, memang konsumen membeli sekilo diharga normal Rp40.000 – Rp50.000. Sekarang hanya setengah dengan harga sekilo Rp70.000,” singkatnya.
Reporter : Riswan Surya
Editor : Nashrullah