HEADLINE9.COM, MARTAPURA – Akronim Babaju Banjar adalah batanam, baputik, baolah, bajual kambang melati dan mawar banjar. nama itu adalah inovasi baru milik Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Banjar untuk memajukan florikultura. Sekaligus mengidentifikasi potensi sektor pertanian tersebut.
Menurut Kepala TPH Banjar HM Fachry, inovasi harus berdampak langsung terhadap peningkatan pelayanan publik. Sebelumnya, TPH Banjar telah mengembangkan invoasi Banjarsapa Plus yaitu batanam banih jajar legowo sakali mewiwit dua kali panen plus.
“Alhamdulillah pada tahun 2018 mendapat penghargaan Sinovik atau sistem informasi inovasi pelayanan publik dari Bupati Banjar. kemudian Banjarsapa Plus menerima Innovative Government Award (IGA) Tingkat Banjar,” kata Fachry di Martapura, kemarin.
Lalu, pada 2019 ini kembali meluncurkan satu ide inovasi Babaju Banjar. resmi diluncurkan pada Februari 2019 lalu. Inovasi tersebut untuk memperkuat daerah penghasil florikultura yang cukup potensial. Sentra florikultura di Kabupaten Banjar terdapat di 2 kecamatan yakni Kecamatan Martapura (Desa Bincau dan Labuan Tabu) dan Kecamatan Karang Intan(Desa Jingah Habang Ilir, Jingah Habang Hulu, dan Pandak Daun).
Kemudian Kabid Penyuluhan Dinas TPH Banjar Hj Retno Sri Muwarni sekaligus Ketua Tim Inovasi TPH mengutarakan , Babaju Banjar merupakan pola agribisnis komoditas hortikultura khususnya florikultura. Berusaha meningkatkan pendapatan petani bunga di Kampung Bunga Kabupaten Banjar.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, Kabupaten Banjar memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Selatan. Pasalnya, pengembangan florikultura khususnya bunga melati dan mawar hanya ada di Kabupaten Banjar.
Bahkan di Indonesia sendiri sentra pengembangan melati hanya ada di 3 Provinsi yakni Jawa Tengah (Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, dan Purbalingga). Provinsi Jawa Timur (Bangkalan dan Pasuruan), sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan hanya ada di Kabupaten Banjar yaitu Kecamatan Martapura dan Karang Intan,
Budi daya florikultura di kampung bunga memiliki peluang usaha. Tiap acara adat dan keagamaan tidak terlepas dari budaya kambang. Sehingga pola usaha tani florikultura awalnya tanam-petik-jual diubah jadi tanam-petik-olah- jual. Babaju Banjar adalah pola usaha tani florikultura berbasis agribisnis dari aspek hulu (pengelolaan tempat produksi, penyediaan input produksi, dan sarana produksi), aspek produksi (on-farm), dan aspek hilir (penanganan pasca panen seperti distribusi, pengolahan, dan pemasaran)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.