Headline9.com, BANJARMASIN – Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), rupanya menyoroti belum meratanya infrastruktur hingga minimnya air bersih di perkotaan Kalsel.
Menyusul debat Cawapres putaran pertama, Jumat (22/12/2023) malam tadi, yang terlontar dimulut politisi PKB ini, Banjarmasin ‘kasihan’.
Nah, daerah berjuluk city of a thousand river alias kota seribu sungai ini turut jadi pertanyaan besar, ada apa dengan Banjarmasin?
Sekadar tahu saja, usai tak lagi menyandang status ibu kota provinsi Kalsel, Banjarmasin kini ditetapkan sebagai pusat bisnis dan perdagangan.
Namun, rupanya permasalahan klasik pun menjadi sorotan salah satu Cawapres Cak Imin pada debat tadi malam. Yang pertama, infrastruktur. Kedua adalah penyediaan sarana air bersih.
Lewat jumpa persnya di Jakarta, Muhaimin Iskandar atau kerap sapaan Cak Imin, mengungkapkan hal tersebut di hadapan seluruh awak media.
“Ada dua masalah besar, Banjarmasin hari ini problemnya jalan raya. Kekurangannya itu masih banyak kerusakan di mana-mana,” ucapnya.
Meski Banjarmasin tak terlalu dominan. Namun, ini masih menjadi masalah yang serius. “Pontianak (Kalbar) APBDnya cuma Rp1 triliun bayangkan apabila ini kita tambah, aspek pemerataan pembangunan bakal terjadi,” ungkapnya.
Kata dia, Balikpapan (Kaltim) kota terdekat IKN saja masih memerlukan pertolongan. “Hari ini listrik sangat kesulitan, jalan banyak yang rusak, air bersih turut menjadi problem utama,” bebernya.
Dikonfirmasi, Sabtu (23/12/2023), Sekretaris Tim Pemenangan Daerah (TPD) Anies-Muhaimin Kalsel, Maulana Nur, menambahkan, maksud dan tujuan dari pernyataan Banjarmasin ‘kasihan’.
“Ini salah satu bentuk perhatian lebih Cak Imin sebagai Cawapres yang sebenarnya di Banjarmasin memiliki dua masalah,” tutur dia.
Terang saja, menurutnya, saat ini kota seribu sungai memang menjadi sorotan pihaknya. “Salah satunya masih terdapat jembatan titian di perkampungan yang harus perlu direvitalisasi,” ucapnya.
Apabila infrastruktur yang ditunjang kurang memadai, otomatis mengakibatkan konektivitas perekonomiannya ikut melamban.
Disisi lain, ketersediaan sarana air bersih turut disorot Maulana yang juga Tenaga Ahli Komisi X DPR RI Fraksi PKB. Menurutnya, sejauh ini harga jual air bersih meter per kubik (m3) dari PT Air Minum (AM) Bandarmasih masih di bawah biaya produksi. Sehingga, mempengaruhi cashflownya.
“Musim kemarau misalnya, PT Air Minum (AM) Bandarmasih harus mempunyai embung agar ketersediaan air baku terus tercukupi,” tutur lulusan S1 ilmu keguruan di STKIP PGRI Banjarmasin (sekarang Universitas PGRI Kalimantan).
Terpenting lagi, pipa yang dikelola mereka sudah banyak yang uzur. Selain mempengaruhi jaringan pendistrubusian, ujung-ujungnya sering mengalami kendala ke pelanggan.
“Berpengaruh terhadap biaya produksi PT AM Bandarmasih sehingga harga yang dijual ke pelanggan tidak kompatibel (kesesuaian). Ujung-ujungnya ya memperngaruhi pula pada pendapatan dari perusahaan tersebut,” tukasnya.
Reporter : Riswan Surya
Editor : Nasrullah