Search
Close this search box.
  1. Home
  2. »
  3. Featured
  4. »
  5. Usai Panen, Warga Bergotong Royong Mengolah Emping

Usai Panen, Warga Bergotong Royong Mengolah Emping

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Print
Reddit

Headline9.com. BATULICIN – Usai panen padi, warga Desa Betarang Kecamatan Kusan Tengah, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), menggelar acara syukuran dengan mengumpulkan warga dan kerabat untuk mengolah emping yang terbuat dari ketan.

Puluhan warga tersebut bergotong royong baik laki-laki, perempuan, tua muda hingga anak-anak ikut serta berbaur dalam acara pembuatan emping, di rumah Fathuddin yang terletak di RT II Desa Betarang, Sabtu malam (29/10).

Suasana keakraban dan keceriaan terpancar diwajah warga ketika bertemu, sapa dan canda terus dilontarkan hingga acara pengolahan emping yang terbuat dari ketan itu dimulai.

IMG 20221030 202159

Karena memakan waktu lama, pihak keluarga besar Fathuddin menyajikan berbagai jenis makanan hingga kue khas bugis serta diiringi lantunan musik guna memberikan suasana yang lebih terhibur.

Salah satu tokoh masyarakat Mike (57), warga kecamatan Kusan Hilir yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi warga Desa Betarang, dimana di desa ini budaya gotong royong tetap dilestarikan, terlihat saat pengolahan emping warga tanpa dikomando, masing-masing menjalankan perannya sesuai keahlian masing-masing.

BACA JUGA :  Pemkab Tanbu Ikut Komsos TNI-Appem untuk Pemikiran Solutif

“Saya bangga melihat warga disini, masih terus membudayakan gotong royong setiap ada acara, dan kerukunan, komunikasi, kedamaian tercipta dengan baik,” katanya.

Menurutnya di era sekarang ini, budaya gotong perlu dipertahankan dan disosialisasikan ke masyarakat, agar melekat kuat di jiwa masyarakat, karena diera modern ini budaya gotong royong mulai memudar, baik di desa maupun di kota.

Sementara, Ruslan mewakili tuan rumah mengatakan, pembuatan emping dari ketan ini sebenarnya tidak sulit hanya saja perlu proses dan keterampilan khusus agar hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan harapan.

Bapak 2 anak ini menjelaskan, padi ketan mentah yang sudah diambil dirontokan terlebih dahulu, setelah itu biji padi yang sudah rontok kemudian direndam kedalam air untuk memisahkan antara padi berisi dan tidak berisi.

“Jadi biji padi yang tidak berisi, timbul saat direndam dan harus dibuang terlebih dahulu yang tidak berisi tersebut, agar padi ketan benar-benar berisi untuk diolah dan menghasilkan kualitas baik,” Ujar Ruslan ditengah mengolah padi ketan mentah tersebut.

BACA JUGA :  Akibat Tahura Sultan Adam di Tutup Sementara, Pendapatan Menurun

Jika sudah tidak ada yang timbul lagi, air yang digunakan dibuang dan padi ketan yang tenggelam itu ditiriskan beberapa menit, selanjutnya digoren tanpa menggunakan minyak.

Proses penggorengan lanjutnya, membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit sudah cukup, karena tidak baik jika terlalu lama digoreng.

Kemudian setelah dilakukan penggorengan, ditumbuk menggunakan lesung yang terbuat dari batu, biasanya satu lesung dikerjakan dua orang sekaligus yang menumbuknya, untuk melakukan itu, harus orang-orang yang sudah terlatih, jika tidak padi yang ditumbuk bisa berhambur keluar dari dalam lesung.

Setelah ditumbuk menggunakan halu (Tonkat penumbuk), terbuat dari kayu ulin yang dibuat khusus oleh warga setempat, kemudian ditampih untuk memisahkan antara isi dan kulit dari padi ketan mentah tersebut, dan menghasilkan emping, kemudian dicampur dengan gula merah dan parutan kelapa untuk disajikan pada warga yang hadir.

“Pembuatan emping itu sudah merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang, hingga saat ini masih tetap dilakukan ketika memasuki masa panen,” tutupnya.

Baca Juga